skip to main |
skip to sidebar
One little story about me
First, Let’s start with a story of my name. ketika saya lahir di bulan juni 1988, orang tua saya berpikir untuk memberikan nama yunita. Tapi setelah mempertimbangkan bahwa berbagai alasan, akhirnya mereka memberikan saya nama venita. Nama yang cukup unik buat saya sampai saat ini. Karena terlalu unik sampai terkadang membuat orang awam sulit mengingat dan melafal nama saya. Masa kecil saya tidak terlalu spesial, seperti anak-anak pada umumnya. Malahan saya terkadang merasa sedikit terkekang oleh orang tua saya. Alasan klasik orang tua adalah karena saya anak perempuan dan anak tunggal pula. Jujur saja, saya sering merasa iri dengan teman-teman lain yang bisa bermain-main di luar lebih bebas dari saya. Jangan pernah mengira saya anak yang manja, orang tua saya memang agak keras dalam mendidik saya. Inspirator saya dalam menjalani hidup adalah mama saya. Beliau adalah segala-galanya buat saya, orang tua, saudara, sekaligus sahabat. Ketika dia pergi selamanya karena sakit, saya telah berjanji pada diri sendiri untuk merelakannya. Namun, apa daya, terkadang masa-masa sulit setelah kepergiannya, membuat saya bimbang, apakah saya sanggup menghadapi kehidupan ini tanpa kehadirannya di samping saya??? Tak mudah memang melupakan sosok yang sangat berarti buat kita, di saat kita sedang mencari jati diri. Karena itu, saya harus menjadi pengembara yang kehilangan arah. Satu tahun saya mencari arah yang hilang itu, namun saya malahan terjebak dalam kegelapan. Satu tahun berikutnya, dari dalam kegelapan itu saya mencoba mencari arah, sampai akhirnya samar-samar saya menemukan secercah titik putih di kejauhan. Itulah impian dan cita-cita saya, jalan panjang yang belum jelas masih jauh terbentang di depan saya, membuat saya ragu apakah saya dapat mencapainya. Tapi saya yakin Tuhan pasti membukakan jalan, seperti Dia memberikan saya kesempatan kuliah di UI. ketika flash back ke masa sma dulu, saya merasa sedikit takjub akan apa yang sedang saya jalani saat ini. Ketika awal-awal sma, Saya memang tidak pernah terpikir untuk kuliah di jurusan Teknik Industri. Saya sempat berpikir untuk kuliah di farmasi, bioteknologi, teknik kimia, atau arsitektur. Sampai segala pertimbangan ini dan itu, banyak peristiwa tak terduga membuat saya akhirnya malah memilih TI. Akhirnya, saya menyadari bahwa saya tidak salah memilih. Dengan menjadi orang TI saya tetap bisa berkecimpung di bidang industri kesehatan, industri ringan, ataupun properti, dll. Dan yang terpenting, semoga dengan kuliah di TI, saya dapat mengaplikasikan ilmu saya untuk membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Impian masa kecil saya adalah menciptakan obat-obatan yang dapat menyembuhkan para penderita penyakit ganas, seperti kanker misalnya. Saya tahu walaupun impian tersebut tak kan lagi dapat terwujud. But now, my opportunity to create something useful for the others, is getting larger since I’ve been an industrial engineering student. Impian dan cita-cita boleh setinggi angkasa, tetapi kegigihan dan ketekunan sekeras batu karang, dan usaha harus seluas samudra yang tak berujung. Namun, semuanya itu harus tetap disertai doa dan syukur kepada Tuhan. Doa supaya dalam setiap perilaku dan tindakan kita selalu diberkahi Tuhan. Syukur atas segala yang telah Tuhan berikan kepada kita, walaupun tak seperti yang kita inginkan.
1 komentar:
Wow..
So inspiring ven..
Nice post.. hehehe.. ^^
Posting Komentar